SEJARAH SINGKAT MADRASAH

2 mins read

Cikal bakal MTsN Sakatiga diawali dengan didirikannya Pondok Pesantren yang bernama Asy-Syakhsiyah pada tahun 1922 oleh KH. Ishak Bahusin. KH. Ishak Bahusin adalah seorang warga desa Sakatiga yang baru pulang belajar dari Perguruan Islam Al-Azhar, di Kairo Mesir. Pada masa itu sistem pembelajarannya masih dalam bentuk halaqoh, maktab, atau kutab sebagaimana proses pembelajaran yang terjadi di Mesir pada saat itu. Dan juga rumah KH Ishak Bahusin dijadikan tempat belajar bagi para santri. Nama pondok pesantren tersebut bertahan sampai dengan tahun 1936.

Pada masa penjajahan Jepang, yakni tahun 1936 sampai dengan 1942, pondok pesantren Asy-Syakhsiyah berganti nama menjadi menjadi Madrasah Ibtidaiyah Sakatiga dengan mudir (pimpinan) adalah putra dari KH Ishak Bahusin, yaitu KH. Bahusin Ishak. Pada masa itu sebuah gedung madrasah darurat tempat belajar bagi para santri dapat dibangun. Namun pada masa pendudukan Jepang gedung madrasah sempat dibakar oleh tentara Jepang, dan madrasah sempat membubarkan diri karena ada paksaan dari tentara Jepang untuk mengikuti agamanya mnyembah matahari.

Baru pada tahun 1950 KH Bahusin Ishak mengadakan musyawarah untuk membangun madrasah kembali gedung madrasah yang sudah dibakar oleh jepang. Dari hasil musyawarah tersebut gedung madrasah tersebut dapat dibangun kembali dan diberi nama Madrasah Menengah Islam (MMI) dengan kepala madrasah dijabat oleh KH. Ismail Hamidin. Setelah KH. Ismail Hamidin wafat pada tahun 1962 pimpinan madrasah dijabat oleh KH. Ahmad Qorie.

Pada masa ini badan hukum madrasah berbentuk yayasan dengan susunan pengurus ketua dijabat oleh KH. Yahya Hamidin, sekretaris dijabat oleh KH. Ilyas Ishak, penasihat dijabat oleh KH. Ishak Bahusin, dan pelindung dijabat oleh Pasirah Kepala Marga Sakatiga.

Dari tahun 1963 – 1967 madrasah ini berganti nama menjadi Madrasah Tsanawiyah Agama Islam (MTsAI) yang terdiri dari dua tingkatan madrasah, yakni MTsAI dengan masa belajar 4 tahun. Dan MAAI dengan masa belajar 3 tahun. Pada tanggal 17 Maret 1968 MtsAI diubah statusnya menjadi madrasah negeri melalui Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 17 tahun 1968. Perubahan status tersebut berdampak pada berubahnya nama menjadi Madrasah Tsanawiyah Agama Islam Negeri (MTsAIN). Abdullah Yahya, seorang dosen IAIN Raden Fatah Palembang ditunjuk menjadi Pjs. kepala madrasah, kemudian jabatan Pjs. tersebut diserahterimakan kepada KH. Bayumi Yahya. Pada tanggal 5 Juli 1973 KH. Bayumi Yahya diangkat menjadi kepala madrasah definitif berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor B.3.II/3-b/1973.

Dan terhitung tahun 1979 MTsAIN berubah nama menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri sampai dengan sekarang. Semenjak dinegerikan statusnya oleh Departemen Agama, sudah ada 12 orang Kepala Madrasah yang bertugas memimpin madrasah hingga saat ini, dan 8 orang Kepala Urusan Tata Usaha yang membantu kepala madrasah memimpin urusan ketatausahaan.